Kami Santri, Kami Berwirausaha

Apa yang terbersit di pikiran para pembaca ketika mendengar kata santri? Bersarung? Kitab kuning? Penjara suci? Tiga hal tersebut adalah sebagian dari berbagai ragam yang dikaitkan dengan kehidupan santri. Meskipun di sisi lain, ada kemungkinan setiap orang memilki pandangan yang lain.

Jika kita merujuk pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), santri diartikan sebagai orang yang mendalami agama islam atau orang yang beribadat dengan sungguh-sungguh dan orang yang saleh. Kurang puas dengan pemaknaan KBBI, kami pun melakukan penelusuran di mesin pencarian Google. Setelah memasukkan kata kunci “santri”, muncullah hasil penelusuran teratas dari Wikipedia.org yang berbunyi “Santri secara umum adalah sebutan bagi seseorang yang mengikuti pendidikan agama islam di pesantren, biasanya menetap di tempat tersebut hingga pendidikannya selesai.”

Melalui dua sumber tersebut dapat dilihat bahwa secara garis besar kata “santri” dapat dimaknai sebagai orang yang sedang dalam proses mendalami ilmu agama islam di pesantren. Namun, seiring berkembangnya jaman, apalagi dengan adanya istilah globalisasi dan revolusi industry 4.0, beberapa santri di berbagai pondok pesantren sudah mulai menyadari pentingnya membekali keilmuan islam klasik yang dimilki dengan soft skill dalam beberapa bidang.

Pondok Pesantren kami, Fatahillah, pun mulai bergeliat untuk membekali santri dengan skill berwirausaha. Saat ini, sudah ada dua bidang wirausaha yang berjalan yaitu, konveksi dan kuliner. Dengan didampingi Kyai kami, Kyai Ahmad Iftah Sidik, kami mulai merancang konsep awal langkah-langkah yang akan kami ambil guna memulai wirausaha ini hingga proses penggarapan dan pendistribusian.

Kewirausahaan di bidang konveksi

Pada bidang konveksi ini kami mulai dengan menuangkan ide-ide kreatif kami ke dalam bentuk desain dan motif baju. Kegiatan mendesain ini juga kami lakukan secara mandiri menggunakan software editing yang menurut sebagian santri “kekinian bangetz”.

Setelah mengumpulkan beberapa motif kreatif, kami pun melanjutkannya pada proses pencetakan desain dan penyablonan. Untuk saat ini kami memang masih berfokus pada pembuatan kaos. Sambil menunggu proses penggarapan kaos, ada beberapa santri lain yang belajar memilih target sasaran penjualan dan promosi yang inovatif. Beberapa teknik penjualan dan promosi yang telah kami lakukan adalah dengan mengikuti bazaar, membuka lapak pada kegiatan-kegiatan tertentu, dan membuat akun media social.

Salah satu bazaar yang pernah kami ikuti adalah bazaar yang diadakan Majelis Wakil Cabang (MWC) Nadhatul Ulama (NU) Kecamatan Mustika Jaya, Kota Bekasi di kantornya yang terletak di Jalan Raya BKKBN 7, Mustika Jaya. Selain itu, kami juga pernah membuka lapak di acara Musyawarah Kerja (Musyker) MWC NU Mustika Jaya yang diadakan di Pondok Pesantren Nurul Hikmah, Mustika Jaya. Sedangkan lapak yang rutin kami buka adalah pada hari Jumat di serambi masjid pondok kami. Media promosi kami yang terakhir adalah melalui akun instagram yang telah kami buat dengan nama @santhree.co.

Selain mempelajari beberapa tahapan di atas, secara tidak langsung kami juga mempelajari proses manajemen keuangan dari penggunaan modal hingga hasil yang didapat dari penjualan. Sebagian keuntungan yang kami peroleh, kami persembahkan untuk pembangunan atau kemaslahatan Pondok Pesantren Fatahillah kami tercinta. Nah, dari situlah Kami belajar bersedekah dan memanajemen pembagian hasil sejak dini.


Kewirausahaan di bidang kuliner

Kegiatan wirausaha yang telah kami lakukan di bidang kuliner adalah pembuatan “Nugget Lele”. Ide ini bermula ketika kami melihat fenomena bahwa saat ini produksi nugget seringkali didominasi dengan penggunaan ayam. Padahal menurut kami daging lele juga memilki gizi dan protein yang cukup tinggi. Akhirnya dengan didampingi Bu Nyai kami, Bunda Dwi Indriani, kami pun tergerak untuk membuat nugget lele yang komposisinya juga ditambah beberapa sayur-sayuran sehat dan rempah-rempah pilihan.

Pada kegiatan ini kami menerapkan prinsip kerja gotong-royong. Proses belanja lele dilakukan oleh santri putra, sedangkan proses belanja bahan tambahan lainnya dilakukan oleh santri putrid. Kemudian untuk proses pembuatan nugget dilakukan oleh santri putri dan proses packaging dilakukan oleh santri putra.

Beberapa santri putri sedang membuat nugget lele. Doc. PP Fatahillah

Terakhir yaitu proses pemasaran dan penjualan. Kedua proses ini dilakukan bersamaan dengan bidang konveksi. Selain itu, kami juga memiliki personil khusus di bagian asset yang bertugas untuk menjaga dan peralatan apabila sedang tidak digunakan.

Bagaimana? Menarik bukan? Jadi, bagi para pembaca yang berminat untuk mondok atau memondokkan anak, tak perlu khawatir ketika kelak telah merampungkan pendidikan di Pondok Pesantren tidak bisa apa-apa. Di Fatahillah ini selain dapat mengaji ilmu dari kitab-kitab islam klasik dan belajar pengetahuan umum di Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan Madrasah Aliyah (MA), para santri juga dapat ikut berkreasi di bidang wirausaha ini yang telah kami bagi ke dalam beberapa pos. Ada pos desain, produksi, dan pemasaran. Let’s Join us only at Pondok Pesantren Fatahillah and show to the world that Santri is not bad at Developing Talent.

You May Say I’m a Dreamer, But I’m Not The Only One, I Hope Someday You Join US, And The World Will Live at One.John Lennon (The Beatles )

Penulis : Muhammad Faris Tarigan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *